Advertisement
Kapal layar yang seluruhnya kayu berbobot 282 ton dan panjangnya 30 meter itu mula-mula diberi nama Amazon. Terdaftar berbendera Inggris ketika masih dalam taraf pembuatan di Spencers Island, Nova Scotia, Canada, pada tahun 1861. Hanya segelintir orang yang masih mengingat nama Amazon itu ketika kapal itu menjadi bahan pembicaraan dan menjadi teka-teki laut setelah sebelas tahun berlayar. Tahun 1872 kapal itu lebih dikenal dengan nama Mary Celeste, berbendera Amerika, dan menjadi bahan pembicaraan yang tak henti-hentinya.
Baca Juga:
- Wow, Kapal Karam Tertua Ini Usianya 2.400 Tahun
- Misteri Beton Romawi Kuno Yang Bisa Bertahan 2.000 Tahun
Pada sore hari yang cerah tanggal 4 Desember 1872, sebuah kapal layar Inggris, Dei Gratia, bertolak dari New York menuju ke Gibralyar. Ketika kira-kira 600 mil dari pantai Portugis, seorang awak kapalnya yang berada dianjungan melihat kapal layar lain di kejauhan. Seperti setitik noda hitam di bentangan air yang biru kemilau. Semakin lama semakin jelas bahwa yang dilihatnya memang sebuah kapal layar. Berjalan perlahan-lahan sekali. Dua buah layarnya tak ada. Layar yang di tengah tergulung.
Di kapal layar Dei Gratia, Kapten Morehouse dan kelasi kelas satu Oliver Deveau segera membidiknya dengan telescope.
"Bukankah itu Mary Celeste?' tanya Morehouse, "nampaknya dalam kesulitan."
"Yah. Tak kelihatan seorangpun di kemudi," kata Oliver Deveau.
"Tak seorang pun kelihatan di dek. Tapi tak terlihat tanda-tanda bahaya!" Dei Gratia terus melaju, dan akhirnya kedua kapal layar itu saling mendekati. Dengan terompet signal Morehouse berteriak. "Celecte, Ahoy!" teriaknya. "Can you hear me?" Tak ada jawaban. Yang terdengar hanya suara angin menerpa layar. Layar topang dalam posisi akan berlabuh. Sebagai pelaut yang telah banyak makan garam, Morehouse segera bisa menarik kesimpulan. Hanya ada dua kemungkinan. Kapal layar itu tak terkendali dan kehilangan arah, atau awak kapalnya sama sekali sudah tak berdaya. Mungkin malah telah mati.
"Deveay, ajak dua orang lagi. Kau ke sana!" katanya kepada kelasi klas satu Deveau. "Lihatlah apa yang terjadi di sana."
Beberapa menit kemudian Deveau dan dua awak kapal lain telah berada di atas geladak Celeste. Mereka berteriak-teriak lantang. Tetapi tak ada jawaban sama sekali. Yang terdengar hanya suara derak kayu. Kemudi dalam posisi normal. Deveau dan seorang awak kapal turun ke bawah menuju ke bagian dapur, cabin dan ruang di bagian anjungan. Tak seorangpun ditemui. Mary Celeste tanpa awak kapal seorang pun! Di mana awak kapalnya?
Mary Celeste tersuak-suak di tengah Samudera tanpa awak. Kondisinya sebenarnya masih bagus. Deveau langsung mencoba bagian pompa air. Ternyata berjalan dengan baik. Bagian-bagian lain masih dalam keadaan baik. Tak ada kerusakan sama sekali. Semuanya utuh. Mengapa kapal layar sebaik ini dan masih selengkap ini ditinggalkan? Deveau hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala.
Di bagian gudang muatan terdapat 1.700 tong alkohol masih dalam keadaan utuh. Satu-satunya tanda bahwa awak kapal telah meninggalkan kapal itu hanyalah sesuatu yang tidak ada di tempatnya. Yakni sekoci penyelamat. Deveau masih ingat. Celeste dilengkapi pula dengan sekoci. Kini tempat sekoci kosong melompong. Ada bagian di tempat itu yang digeser untuk meluncurkan sekoci.
Awak kapal meninggalkan kapal dengan sekoci penyelamat. Itu kesimpulan Deveau. Tetapi jelas dalam keadaan tergesa-gea. Ini kelihatan dari tertinggalnya beberapa barang pribadi awak kapal, seperti pakaian, sepatu bot, pipa dan tembakau. Barang yang tak akan pernah lepas dari tangan pelaut. Barang-barang itu tergolek di anjungan.
Di cabin kapten keadaannya lebih memukau. Lemari besi masih berada ditempatnya dan terkunci rapat. Terdapat juga beberapa barang berharga, seperti jam dan beberapa perhiasan wanita berhiaskan pemata, sebilah pedang Itali yang indah, dan buku catatan perjalanan Kapten, catatan terakhir dalam buku perjalanan itu tertanggal 24 November, dan hanya tertulis posisi Celeste "kira-kira 110 mil di sebelah barat pulau Santa Maria."
Semua yang ada dan tertinggal menunjukkan kesan tergesa-gesa. Tempat tidur kapten kelihatan acak-acakan. Sesobek kertas dengan penuh perhitungan angka-angka tak terselesaikan, tergolek di meja. Beberapa peta tersebar di lantai. Sebotol obat masih terbuka, disebelahnya ada sendok. Begitu tergesa-gesanya sang kapten kabur, sehingga lupa menutup botol obat lagi. Ventilasi di atas kamar kapten terbuka lebar, dengan sendirinya mungkin hujan atau gelombang laut yang besar, telah mengguyur sebagian lantai kamar kapten. Membasahi pakaian, sepatu dan benda-benda lain.
Tetapi anehnya, jendela kabin yang jumlahnya enam itu tertutup kain kanvas, seakan-akan mencegah jangan sampai air laut masuk ke dalam. Di kabin itu juga kelihatan seperangkat jahit yang siap dikerjakan. Ada guntingan kain, jarum, gunting, benang, dan juga sebotol minyak pelumas mesin jahit. Seseorang telah mempersiapkan dengan baik. Siap menjahit sesuatu sebelum petaka (entah apa) itu tiba dan memaksanya meninggalkan kabin dengan tergesa-gesa.
Kalau memang ada petaka di Mary Celeste, lalu petaka apa? Deveau tak menemukan kerusakan apa-apa pada kapal layar itu. Semuanya dalam keadaan baik. Bahkan di kapal itu tersedia banyak makanan dan persediaan air tawar yang cukup. Ditemukan juga layar cadangan masih tergulung. Apa yang terjadi di kapal layar ini sehingga semua awak kapalnya kabur meninggalkannya? Di mana kapten?
Kapten Morehouse hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala setelah mendengar laporan kelasi Deveau. Tapi tersenyum-senyum. Nampak tersirat sesuatu di wajahnya. Dia segera menugaskan Deveau dan dua awak kapal lagi untuk pindah ke Celeste. Dan akhirnya menjalankan kapal itu mengikuti Dei Gratia menuju Gibraltar. Morehouse akan meng-claim 'hadiah' karena telah menyelamatkan Mary Celeste. Paling tidak telah mengamankan Mary Celeste yang terbuang-buang di tengah samudera. Dengan penemuannya itu Morehouse mengharapkan sesuatu. Paling tidak namanya akan harum karena telah menemukan Mary Celeste yang malang itu.
Pelayaran menuju Gibraltar sekaligus untuk membuktikan kelainan melaut si Mary Celete terus membuntuti Dei Gratia. Tetapi di tengah perjalanan iring-iringan ini menghadapi angin buruk.
Akhirnya berpisah. Mary Celeste jauh tertinggal. Baru tiba di sasaran 24 jam setelah Dei Gratia. Tiba dengan selamat tanpa kerusakan sama sekali. Morehouse menatap tajam 'barang temuannya'. Hatinya menggelegak dengan kegembiraan.
Bersambung ke>> Mary Celeste, Teka-teki Kapal Pembawa Sial (Part 2)
Artikel Menarik Lainnya:
Jd inget ama filmnya Jack Sparow...
BalasHapusmisterius....
keep posting, men!