Menguji Efek Radiasi Ruang Angkasa pada Embrio Tikus, Apa Hasilnya?


Minggu, 23 Oktober 2022
Label:
Advertisement
[Sains Box] Menguji Efek Radiasi Ruang Angkasa pada Embrio Tikus, Apa Hasilnya?

Sebuah tim peneliti internasional telah melakukan percobaan jangka panjang di Stasiun Luar Angkasa Internasional. Mereka menguji efek radiasi ruang angkasa pada sel induk embrionik tikus. Temuan mereka akan berkontribusi untuk membantu para ilmuwan menilai lebih baik keamanan dan risiko yang terkait dengan radiasi ruang angkasa untuk penerbangan luar angkasa manusia di masa depan.

Tim telah mempublikasikan temuan mereka di jurnal Heliyon pada 17 Agustus 2022. Makalah mereka tersebut diberi judul “Comparison of biological measurement and physical estimates of space radiation in the International Space Station.”

Baca Juga:

Menguji Efek Radiasi Ruang Angkasa pada Embrio Tikus, Apa Hasilnya?
Temuan ini dapat membantu mengetahui tingkat keamanan para astronaut dalam penerbangan ruang angkasa di masa depan. (Kredit: Getty Images/iStockphoto)


Dalam studi mereka, tim melakukan pengukuran kuantitatif langsung dari efek biologis radiasi ruang angkasa dengan meluncurkan sel induk embrionik tikus beku dari tanah ke Stasiun Luar Angkasa Internasional. Memaparkannya ke radiasi ruang angkasa selama lebih dari empat tahun, dan mengukur efek biologis dengan pemeriksaan aberasi kromosom.

Hasil eksperimen mereka menunjukkan, untuk pertama kalinya, bahwa efek biologis sebenarnya dari radiasi ruang angkasa sangat sesuai dengan prediksi sebelumnya berdasarkan pengukuran fisik radiasi ruang angkasa.

Orang biasa sekarang dapat melakukan perjalanan di luar angkasa. Bahkan kemungkinan penerbangan berawak jangka panjang ke luar angkasa, seperti ke Bulan dan Mars, semakin meningkat. Namun radiasi ruang angkasa tetap menjadi faktor pembatas untuk eksplorasi berawak. Para ilmuwan telah melakukan penelitian intensif untuk mengukur dosis fisik radiasi ruang angkasa untuk lebih memahami efeknya pada tubuh manusia.

Namun, karena sebagian besar penelitian sampai sekarang dilakukan di darat, bukan di luar angkasa, hasilnya mengalami ketidakpastian. Mengingat radiasi luar angkasa terdiri dari berbagai jenis partikel dengan energi berbeda, dan astronot terus menerus disinari dengan dosis rendah. Sedangkan, lingkungan ruang angkasa yang sebenarnya tidak dapat direproduksi secara tepat di lapangan.



"Studi kami bertujuan untuk mengatasi kekurangan eksperimen berbasis darat sebelumnya dengan melakukan pengukuran kuantitatif langsung dari efek biologis radiasi ruang angkasa di Stasiun Luar Angkasa Internasional. Lalu membandingkan efek biologis nyata ini dengan perkiraan fisik dalam eksperimen berbasis darat," kata Takashi Morita, seorang profesor di Graduate School of Medicine, Osaka Metropolitan University. "Temuan ini berkontribusi untuk mengurangi ketidakpastian dalam penilaian risiko penerbangan luar angkasa manusia."

Tim peneliti telah menyiapkan sekitar 1.500 cryotube yang mengandung sel punca embrionik tikus yang sangat peka terhadap radiasi dan mengirimnya ke luar angkasa. Studi mereka tersebut teramat rumit dalam cakupannya, dengan tujuh tahun kerja sebelum peluncuran, empat tahun kerja setelah peluncuran, dan lima tahun untuk analisis.

"Sulit untuk mempersiapkan eksperimen dan menafsirkan hasilnya, tetapi kami berhasil memperoleh hasil kuantitatif terkait radiasi ruang angkasa, memenuhi tujuan awal kami," kata Profesor Morita.

Untuk persiapan ke depannya, para peneliti lebih berharap dapat mengambil studi mereka selangkah lebih maju. "Untuk pekerjaan di masa depan, kami mempertimbangkan untuk menggunakan sel induk embrionik manusia daripada sel induk embrionik tikus. Ini mengingat bahwa sel manusia jauh lebih cocok untuk penilaian risiko manusia, dan lebih mudah untuk menganalisis penyimpangan kromosom," kata Profesor Morita.

Studi di masa depan mungkin juga termasuk meluncurkan tikus individu atau hewan percobaan lainnya untuk menganalisis penyimpangan kromosom mereka di luar angkasa. "Eksperimen semacam itu di luar angkasa dapat berkontribusi lebih lanjut untuk mengurangi ketidakpastian dalam penilaian risiko perjalanan manusia yang berkepanjangan dan tinggal di luar angkasa," simpul Profesor Morita.

*******

Thanks
Sains Box
Sains Box

Artikel Menarik Lainnya:




FOLLOW and JOIN to Get Update!

Advertisement

2 komentar:

Berkomentarlah yang baik dan sopan. Dilarang meninggalkan jejak link hidup maupun iklan promosi di kolom komentar. Silahkan hubungi Admin jika ingin bekerjasama dalam hal iklan. Terima kasih.