Advertisement
Air dari gletser tersebut membentuk dua air terjun yang menjulang tinggi, lalu mengalir ke bagian bawah seperti longsoran es yang permanen. Sampai di bawah, air ini pun membentuk sebuah danau kecil yang diberi nama Laguna Témpanos, kemudian setelah menempuh jarak 6 km air ini pun memasuki jalur kanal Puyuhuapi. Air terjun tersebut terlihat dan mengalir sepanjang tahun, tetapi karena ablasi longsoran di dasar air terjun, sebanyak setengah dari air terjun akan ditutupi oleh salju dan es selama akhir musim semi dan awal musim panas.
Ventisquero Colgante ditemukan oleh Kapten Enrique Simpson saat melakukan eksplorasi pada tahun 1875. Sang Kapten melaporkan bahwa saat itu ia menemukan salju gletser yang berjarak 100 meter dari tepi kanal Puyuhuapi, dimana saat itu Kapten memanfaatkan sungai untuk merapatkan perahu. Laporan sang Kapten ini masih belum jelas, apakah ia melihat air terjun atau apakah air terjun tersebut memang sangat jelas terlihat oleh Kapten. Namun, kemungkinannya tidak seperti itu, melainkan air terjun tersebut mulai terbentuk beberapa waktu kemudian. Seperti halnya letak gletser sendiri yang semakin mundur dan dinding tebing menjadi terlihat. Jika memang pengamatan Kapten adalah benar, maka letak gletser itu telah mundur 8 km selama 140 tahun terakhir.
Ventisquero Colgante, merupakan sebuah pemandangan alam yang tidak biasa menggantung di atas jurang berbatu dimana mendominasi sebuah lembah yang terbentuk oleh pegunungan tertutup hutan hujan. Seandainya saja gunung batu itu diselimuti kabut, maka gletser itu akan benar-benar nampak seperti melayang di atas awan.
Artikel Menarik Lainnya:
0 komentar:
Posting Komentar
Berkomentarlah yang baik dan sopan. Dilarang meninggalkan jejak link hidup maupun iklan promosi di kolom komentar. Silahkan hubungi Admin jika ingin bekerjasama dalam hal iklan. Terima kasih.