Advertisement
Baca Juga:
Ada beberapa mitos yang menyebar mengenai tempat ini, konon katanya, pada masa lalu, penduduk setempat banyak yang mencoba pergi meninggalkan desa kediaman mereka, hanya saja mereka yang berani berjalan meninggalkan tempat itu ternyata tidak dibiarkan keluar hidup-hidup. Bahkan sampai sekarang pun hampir tidak dijumpai wisatawan satu pun disekitar tempat itu. Kemungkinannya dikarenakan dua hal, mereka takut terhadap kutukan itu, atau jalanan untuk mengakses ke daerah itu memang teramatlah sulit.
Selain dari adanya mitos tersebut, ada lagi pendapat yang mengatakan, pada abad ke-17 yang lalu wilayah Ossetia telah diserang oleh wabah yang menyapu seluruh wilayah tersebut. Sehingga, bagi korban yang terkena wabah penyakit itu, menghindar dan mengisolasikan diri dari desa. Mereka dikarantina dalam dinding-dinding pondok dan dengan penuh kesabaran menanti nasib mereka. Mereka bahkan harus bertahan hidup dengan jatah sedikit roti yang dibawa oleh penduduk setempat yang merasa simpati terhadap mereka. Lalu ketika mereka meninggal, mayat mereka hanya dibiarkan begitu saja membusuk dalam gubuk tersebut.
Kini, gubuk-gubuk tempat orang-orang yang meninggal itu pun menjelma menjadi sebuah kota mati. Bangunan makam yang berbentuk seperti gubuk dengan atap melengkung ke dalam dan puncak runcing di bagian atasnya merupakan gaya khas dari arsitektur Nakh. Dindingnya terbuat dari blok batu dan mortar dengan perpaduan antara kapur serta tanah liat. Di bagian dindingnya, terdapat celah persegi yang digunakan untuk memasukan orang atau mayat ke dalamnya. Hampir terdapat 100 lebih bangunan gubuk yang ditemukan di wilayah itu. Dengan beberapa diantaranya yang memiliki 2 sampai 4 lantai. Namun, ada juga yang tidak memiliki atap sama sekali.
Sebutan “Kota Mati” sendiri pertama kali mulai didengar pada awal abad ke-14. Pada saat itu, harga tanah yang mahal membuat para nenek moyang Ossetia memilih menetap di lima pegunungan, serta memilih tempat yang berangin tersebut untuk pemakaman mereka.
Artikel Menarik Lainnya:
wabah apaan itu? sampai dikarantina seperti itu, kasihan juga, dan kotanya berakhir tragis.
BalasHapus@JIM: wabah penyakit sob, tp blm jelas penyakitnya apa, kemungkinan karena penyakit yg asing itulah makanya tdk bs disembuhkan... apalagi utk keluar dari desa mereka udh terlanjur termakan oleh kutukan. sungguh tragis
BalasHapusngeri juga ya sob..
BalasHapusmengerikan sepertinya mungkin kena wabah itu ya. Sayang sekali padahal tempatnya bagus di pegunungan
BalasHapus